Tembang Lir-ilir
Tembang ini adalah merupakan tembang yang biasa aku mainkan / dendangkan sewaktu aku kecil didesa, dinyanyikan sambil mencari sisa panen kacang atau kedele disawah, tanpa tahu arti dan maksudnya. Itu duluuuu… sekitar tahun 1950-an belum sekolah waktu itu.
Aku nggak tau lagi sekarang apakah anak desa masih nembang lir-ilir, sudah banyak hal yang mempengaruhi, aku pikir mereka sebagian besar lebih hafal lagu “Kucing Garong”.
Akupun ngerti arti dan maksud dari tembang tersebut setelah kerja di offshore. Kalau malam sepi suka nggak ada kerjaan, ngelamun, nyari inspirasi. Ternyata tembang Lir-ilir ini gubahan Kanjeng Sunan Kalijaga yang terlihat sederhana ini sarat makna dan nasihat.
Oh...ya, aku pernah diketawain juga sama temen waktu coba membahas tembang ini, memang dia orang jawa (aku sendiri campuran, tapi banyak ke Maduranya), tapi mungkin dia orang kota, berorientasi ke barat, dan kebetulan non-islam (maaf), jadi mungkin dia nggak tertarik.
Aku coba mengartikan dan menggali maknanya
Lir-ilir, lir-ilir
tandure wus sumilir
Tak ijo royo-royo tak sengguh temanten anyar
Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu yo peneken kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore
Mumpung padhang rembulane mumpung jembar kalangane
Yo surako... surak hiyo...
Arti lurusnya kurang lebih sbb:
Lir-ilir (tanpa arti, hanya pembuka tembang) atau Sayup-sayup bangun (dari tidur)
Tanaman-tanaman sudah mulai bersemi,
Kelihatan menghijau bagaikan gairah pengantin baru
Anak-anak penggembala, tolong panjatkan pohon blimbing itu,
Walaupun licin tetap panjatlah untuk mencuci pakaianmu
Pakaianmu berkibar (melambai terkena angin) terdapat koyak dibagian tepinya
Jahitlah benahilah untuk menghadap (ke Penguasa) nanti sore
Selagi sedang terang rembulannya
Selagi sedang banyak waktu luang
Mari bersorak-sorak ayo...
Maknanya (menurut saya) kurang lebih:
Lir-ilir, lir-ilir
tandure wus sumilir
Bangunlah, sadarlah bahwa Islam (yang ditanam / disemaikan oleh para Sunan) sudah mulai bersemi / berkembang.
Tak ijo royo-royo tak sengguh temanten anyar,
Ijo atau hijau adalah lambang Islam, Ijo royo-royo (hijaunya merata) Islam berkembang merata. Indah dan menggairahkan bagai pengantin baru.
Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi
Penggembala, pembimbing atau pemimpin. Sebetulnya masing-masing kita sendiri adalah penggembala atau pemimpin paling tidak untuk diri sendiri. Ini adalah seruan bagi kita semua untuk “menek blimbing”
Karena buah blimbing berbentuk bintang bersudut lima, maka blimbing disini diibaratkan sebagai secara makro sebagai Rukun Islam yang lima (Syahadat, Shalat, Shaum atau Puasa, Zakat dan Ibadah Haji). Secara mikro bisa juga diibaratkan sebagai ibadah shalat wajib, satu hari ada lima waktu.
Jadi kita semua diperintahkan bagi kita semua (sebagai pemimpin bagi diri sendiri) untuk melaksanakan Rukun Islam yang lima tersebut.
Lunyu-lunyu yo peneken kanggo mbasuh dodotiro
Meskipun perintah tersebut diatas berat untuk dilaksanakan (kadang-kadang kita tergelincir kearah dosa), janganlah putus asa dalam melaksanakannya. Hal ini untuk mencuci jiwa dan ragamu (ini arti kiasan, tidak bisa diartikan secara harfiah).
Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir
Kita memang sudah mengaku Islam dan melaksanakan syariatnya, akan tetapi selalu ada saja hal hal yang tidak seharusnya dilakukan atau terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap perintah Allah. Sehingga jiwa kita tidak bersih / ada terdapat cacat-cacat (kotor)
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore
Perbaikilah dan bersihkanlah jiwamu untuk menghadap Allah saat ajal.
Mumpung padhang rembulane mumpung jembar kalangane
Selagi kamu masih kuat, masih sehat, masih mampu dan masih ada waktu untuk melakukannya.
Aku ingat ada salah satu hadist (lupa referensinya) yang mengatakan bahwa tidak akan diterima permohonan ampun seseorang apabila nyawanya sudah tinggal sebatas leher (sekarat).
Yo surako... surak hiyo...
Marilah bergembira menyambut kedatangan Islam.
Menurutku sistim tembang dolanan seperti Lir-ilir ini sangat efektif dan powerful untuk penyebaran Agama Islam pada saat itu.
Segini dulu aah..... capek
Kerja lagi